Sabtu, 22 Oktober 2011

Juventus Legends (Part II)

  11.            Pietro Rava
 
Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri, yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan telah dipilih oleh para fans.

Tanggal 19 Juni akan menjadi tanggal yang tidak dapat dilupakan salam sejarah sepakbola Italia. Walaupun telah berlalu 73 tahun yang lalu, kenangan tersebut masih segar dalam ingatan. Pada tahun 1938, tim nasional Italia asuha Vittorio Pozzo merayakan kemenangan Piala Dunia untuk yang kedua kalinya di Paris, empat tahun setelah kesuksesan yang sama di Roma. Kemenangan 4-2 atas Hungaria menjadi sangat menentukan. Dan salah satu legenda Juventus menjadi bagian dari tim tersebut : Pietro Rava.

‘Kehidupan dalam hitam dan putih ’ adalah sebuah kutipan yang paling tepat untuk menggambarkan karir dari bek sayap ini, menjalani 13 dari 16 tahun karirnya bersama Juventus. Ia memulai karinya bersama Bianconeri, menjalani debutnya pada 1935/36, atau setelah kesuksesan periode Quinquennio.

Ikatannya yang kuat dan panjang bersama Juventus berlangsung hingga 1950, setelah menjalani musim yang singkat di Alessandria (1946/47), sebuah tim dari provinsi kelahirannya. Sebelum mengucapkan salam perpisahan dan mengakhiri karirnya di Novara, Ia meraih kepuasan terbesar dalam karirnya dengan mengangkat satu-satunya gelar scudetto yang Ia raih (1949/50) di musim pertama setelah era Grande Torino. Piala Italia yang diraih pada 1938 dan 1942 menjadi dua gelar pertamanya bersama Bianconeri, dalam 330 penampilan dan 15 gol yang Ia cetak.

Rava dan Alfredo Foni - bek sayap Juve lainnya - menjadi duet bek yang tidak dapat dikalahkan, dan juga bermain impresif di ajang Piala DUnia. Keduanya bermain dalam Piala Dunia 1938 dan Olimpiade Berlin 1936.

Pietro Rava meninggal dunia lima tahun yang lalu, pada 5 November 2006, dalam usia 90 tahun. Ia adalah pemain terakhir yang meninggal dunia dari tim nasional Italia yang mengangkat Piala Dunia di Paris.

12.            Franco Causio

Juventus.com kembali mempersembahkan serial perjalanan dari 50 bintang legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan dipilih oleh para fans.

Pada hari dimana Bianconeri berhasil memenangkan Coppa Italia mereka untuk yang keenam kalinya, maka tidak berlebihan jika mengangkat kisah daripencetak gol kemenangan Juventus pada malam itu pada serial kali ini. Franco Causio, yang mencetak gol di masa perpanjangan waktu dan mengalahkan Palermo di final Coppa Italia 1979 dan juga menjadikan namanya berada diantara 50 pahlawan Bianconeri.

Gol yang Ia cetak pada 20 Juni 1979 tersebut hanya satu dari 72 gol yang Ia cetak dalam seragam Juventus. Pemain berjuluk ‘Sang Baron’ ini bermain membela Juventus selama 12 musim (dari 1970/71 hingga 1980/81, bersama dengan satu musim 1967/68 dimana Ia hanya sempat bermain satu laga). Ia bermain sebanyak 447 kali untuk Juventus dan memberikankontribusi penting dengan meraih enam scudetto, satu Piala UEFA dan satu Coppa Italia.

Namun angka-angka ini tidak mampu untuk mengungkap keseluruhan kisahnya. Statistik tersebut tidak dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengacak-acak area lawan dari sisi sayap kanan dan umpan-umpannya yang sangat ‘memanjakan’ rekan-rekan satu timnya, baik di Juventus maupun di tim nasional.

Franco Causio juga memberikan pengaruh yang signifikan bagi Azzurri. Ia bermain sebanyak 63 kali untuk tim nasional Italia, bermain di tiga Piala Dunia (Jerman ’74, Argentina ’78 dan Spanyol ’82). Di akhir turnamen Piala Dunia nya, Causio telah bermain untuk Udinese, setelah meninggalkan Juventus beberapa bulan sebelumnya.

Ia berpartisipasi dalam skuad pemenang Piala Dunia Spanyol ’82 dan pelatih Enzo Bearzot memberikan penghargaan kepadanya dengan memainkannya di final melawan Jerman.

13.            Michel Platini

Juventus.com kembali mempersembahkan serial perjalanan 50 legenda Bianconeri, yang namanya akan berada di stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans.

Sejak awal1980an, tanggal 21 Juni selalu menjadi hari Michel Platini di Juventus Football Club. Dan 'Le Roi' genap berusia 56 tahun hari ini.

Pria yang menjabat sebagai Presiden UEFA saat ini memberikan kontribusi yang fenomenal dalam lima tahun karirnya bersama klub (1982-1987). Prestasinya meliputi: dua Scudetto, satu Coppa Italia, satu Piala Champions, satu Piala Super Eropa, satu Piala Interkontinental dan satu Piala Cup Winners.

Platini menambahkan kualitas yang spektakuler pada tim Juventus yang telah banyak memiliki pemain juara. Permainan kelas dunia, umpan-umpan yang luar biasa, serta gol-gol dan tendangan bebas yang mengagumkan. Ia mencetak banyak gol - 104 dalam 224 laga. Gol-golnya di Serie A yang berjumlah 68 gol menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak liga dalam tiga musim berturut-turut.

Terdapat beberapa momen dalam karirnya, dimana 'Le Roi' berhasil meraih hat-trick lainnya : Golden Ball, yang dimenangkannya tiga musim berturut-turut, menjadikannya sebagai Pemain Terbaik Eropa. Dan untuk menambah raihan prestasinya, adalah kesuksesannya bersama tim nasional Perancis dalam meraih Piala Euro 1984.

Menjadi nomor satu sebagai pemain, Platini juga kembali menerapkan hal ini dalam karirnya yang selanjutnya, dengan menjadi Presiden UEFA sejak 26 Januari 2007.

Bersama dengan kesempatan ini, segenap keluarga besar Juventus mengucapkan selamat ulang tahun kepada Michel.

14.            Angelo Di Livio

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans.

 Mengucapkan perpisahan pada Serie A dalam usia 27 tahun dan mengakhiri karir anda dengan memenangkan tiga gelar Scudetto, satu Piala Champions, satu Piala Interkontinental, bermain dalam dua Piala Dunia dan Piala Eropa, bukanlah sesuatu hal yang dapat muncul setiap harinya. Sebuah alasan, yang menurut Angelo Di Livio, dapat dibanggakan, seorang pemain yang selalu memberikan kontribusi penting kepada tiap tim yang Ia bela.

Gelandang ini memainkan peran yang penting bagi Bianconeri dan fans akan terus mengingatnya hingga saat ini untuk semua umpan-umpannya dan usahanya yang tanpa lelah berlari di sisi kanan. Ia menunjukkan semangat yang tinggi dan tidak mudah menyerah, sebuah kualitas yang sempurna bagi Juventus asuhan Marcello Lippi, dimana pemain yang berjuluk 'Soldatino' ini menerapkan semangat tim dengan baik.

Di Livio menghabiskan enam musim di Turin. Ia bergabung dari tim Serie B Padova pada 1993, melalui rekomendasi dari Giovanni Trapattoni, dimana Ia bermain dengan Alessandro Del Piero muda. Lompatan ke divisi utama tidak membingungkan Di Livio, dimana Ia menjalani debut Serie A nya di Stadion Olimpico, melawan tim kota kelahirannya, Roma. Ia bermain sebanyak 37 kali di musim pertamanya, dan 269 secara keseluruhan bersama Juventus - memenangkan sembilan piala.

Karakteristiknya mampu beradaptasi dengan baik di setiap gaya permainan pelatih. Ini dibuktikan melalui tim nasional, dimana Ia selalu menjadi pilihan dari empat pelatih yang berbeda - Sacchi, Maldini, Zoff dan Trapattoni - dan ikut berpartisipasi dalam seluruh kompetisi internasional pada periode tersebut : Piala Dunia Perancis serta Jepang-Korea, juga Piala Eropa di Inggris dan Belanda-Belgia.

15.            Zinedine Zidane

Juventus.com akan kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh fans.

Seorang pemain kelas dunia yang memiliki magis luar biasa. Atau singkatnya, Zizou. Zinedine Zidane akan tetap berada di hati para fans Bianconeri, walaupun sepuluh tahun telah berlalu sejak terakhir Ia mengenakan seragam hitam putih. Hari ini, pada ulang tahunnya yang ke 39, pemain asal Perancis ini mendapat tempat spesial di serial perjalanan bintang legenda dari Juventus.com.

Zidane tiba pada tahun 1996, setelah kesuksesan Piala Champions di Roma. Juventus seolah menolak untuk berpuas diri dengan menjadi Juara Eropa dan ingin memperoleh lebih. Banyak pemain yang menjadi favorit dari para fans dalam beberapa tahun terakhir periode tersebut yang hengkang (Vialli, Ravanelli, Paulo Sousa), namun segera digantikan oleh para pemain lainnya yang penuh determinasi untuk ikut mengangkat Juventus.

Pindah dari Bordeaux, Zidane membutuhkan waktu untuk dapat memahami permainan di Italia - seperti pendahulunya Michel Platini - sebelum mampu memberikan sihirnya di lapangan. Mencetak gol melawan Inter di Delle Alpi menjadi pembuktian awal yang tepat. Ia mengakhiri musim pertamanya dengan memberikan kontribusi gelar Scudetto, Piala Interkontinental dan Piala Super Eropa. Hanya final Liga Champions melawan Borussia Dortmund yang menggagalkannya untuk mengakhiri musim pertamanya dengan sempurna.

1998 menjadi tahun yang sangat penuh dengan kesuksesan bagi Zizou. Ia membantu Juve untuk meraih satu gelar liga dan melaju ke final Liga Champions. Ia juga membantu Perancis mengangkat Piala Dunia pertama mereka dan mencetak dua gol spektakuler melawan Brazil dimana Ronaldo bermain. Gelandang ini mengakhiri tahun dengan memenangkan Golden Ball serta gelar pertama dari tiga gelar Pemain Terbaik FIFA yang diraihnya.

Karir Zidane bersama Bianconeri berakhir pada musim panas 2001, dengan mencetak 31 gol dari 212 penampilan. Namun statistik ini tidak termasuk dari jumlah umpannya yang menjadi gol serta performa luar biasa yang membahagiakan jutaan fans, dan bukan hanya dari suporter Juventus. Kepindahannya ke Real Madrid masuk dalam sejarah rekor penjualan tertinggi.

Pindah ke Spanyol tidak mengurangi cinta dari fans Juventus yang mereka rasakan bagi Zidane. Ia dua kali kembali ke Turin bersama klub barunya (dan dalam kedua laga tersebut Bianconeri berhasil menang, pada 2003 dan 2005). Yang paling terakhir, pemain asal Perancis ini hadir di Stadion Olimpico dan berlaga dalam dua laga amal : ‘Partita del Cuore’ pada 2010 dan ‘Derby SLAncio di Vita’ pada 24 Maret 2011.

Dalam hari yang spesial ini, segenap keluarga besar Juventus mengucapkan selamat ulang tahun kepada Zizou.

16.            Stefano Tacconi

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan telah dipilih oleh fans.

Kali ini kembali giliran dari Kiper. Setelah Gianpiero Combi dan Dino Zoff yang berada dalam 50 Bintang Legenda, Stefano Tacconi adalah penjaga gawang berikutnya yang berada dalam Bintang Legenda Juventus. Ia bergabung dari Avellino pada 1983, setelah Super Dino memutuskan untuk pensiun pada usia 41 tahun. Tacconi membuktikan bahwa dirinya adalah pengganti yang sempurna dari sang penjaga gawang veteran tersebut, dan menikmati lebih banyak kesuksesan Eropa dibandingkan dengan pendahulunya.

Dan secara fakta, Tacconi memperoleh kesuksesan daripada siapapun. Hingga hari ini, Ia adalah satu-satunya kiper yang berhasil memenangkan seluruh kompetisi sepakbola internasional, bersama-sama dengan rekan Bianconeri lainnya : Gaetano Scirea, Sergio Brio dan Antonio Cabrini.

Tacconi secara prakteknya, telah memenangkan seluruh gelar bersama Juventus. Ia mengakhiri musim pertamanya dengan meraih gelar Scudetto dan Piala Cup Winners, dimana pada saat final Piala Winners melawan Porto yang berlangsung di Basel tacconi melakukan beberapa penyelamatan gemilang. Di dua musim berikutnya, kiper ini mengangkat gelar lainnya : Piala Super Eropa, Piala Champions dan Piala Interkontinental, dengan kembali menunjukkan performa gemilang saat adu penalti. Pada era Trapattoni dan Platini, Tacconi kembali meraih gelar dengan Coppa Italia dan Piala UEFA, kali ini sebagai kapten dibawah kepelatihan Zoff.

Ia bertahan di Turin selama sembilan tahun hingga 1992, setelah bermain sebanyak 377 laga dan memberikan memori yang indah untuk dikenang oleh para fans. Karakter Tacconi yang sangat terbuka dan meledak-ledak terbukti dapat mengambil hati para fans Bianconeri. Namun, kepergiannya tidak membuat fans khawatir, karena setelah Tacconi, gawang Juventus kembali berada di tangan yang tepat, ketika Angelo Peruzzi masuk menggantikan posisinya.

17.            Antonello Cuccureddu

Juventus.com kembali menghadirkan 50 Legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans.

Pada peringatan 17 tahun kesuksesan Primavera, legenda hari ini adalah sosok yang mewakili klub sebagai pemain dan pelatih dari para Bianconeri muda ketika merayakan keberhasilan meraih dua gelar : Scudetto dan Piala Viareggio. Ia adalah Antonello Cuccureddu.

Karirnya bersama Juventus adalah sebanyak 12 musim, dari tahun 1969 hingga 1981. Cuccureddu adalah salah satu contributor penting dalanm kesuksesan Bianconeri pada tahun 1970-an, dengan berhasil meraih beberapa gelar.

Pemain bertahan yang serbaguna ini meraih enam gelar, dimana salah satunya Ia memberikan kontribusi yang signifikan. Gol nya saat menit-menit terakhir di Stadion Olimpico Roma, pada laga terakhir musim 1972/73, menjadikan tim asuhan Vycpalek ini melangkahi Milan dan meraih Scudetto yang ke-15.

Kemampuan mencetak gol dari Cuccureddu merupakan nilai tambah bagi Bianconeri. Pemain bertahan ini juga memiliki kemampuan bermain di segala area yang sangat luar biasa, bahkan sanggup bermain sebagai gelandang tengah. Secara keseluruhan Ia berhasil mencetak 39 gol, dimana 26 gol Ia cetak di Serie A. Ia mencetak gol perdananya di Serie A dalam debutnya, saat melawan Cagliari pada 16 November 1969 di tanah kelahirannya, Sardinia. Cuccureddu menikmati malam yang sangat luar biasa di ajang Eropa, saat Ia mencetak tiga gol dalam kompetisi Piala UEFA pada musim 1977, gelar Eropa pertama Juve dalam sejarah.

Dalam laga internasional, Cuccureddu tergabung dalam skuad Azzurri pada Piala Dunia Argentina 1978, salah satu dari sembilan orang Bianconeri yang dipanggil oleh Bearzot. Skuad yang juga terdiri dari Zoff, Cabrini, Gentile, Benetti, Scirea, Causio, Tardelli dan Bettega.

18.            Omar Sivori

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 Legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan dipilih oleh fans.

Ketika membahas tentang pemain kelas dunia sepanjang sejarah sepakbola, nama Omar Sivori tidak bisa dilewatkan begitu saja. Pada masanya, penyerang ini menunjukkan kemampuan yang sama seperti Pele (seperti saat seorang diri berhasil menginspirasi kemenangan Juventus dalam laga persahabatan melawan Santos).

Sivori adalah legenda sepakbola dan juga dalam sejarah Juve. Pembeliannya adalah salah satu hasil yang cerdik di bursa transfer saat Bianconeri berada dalam masa mengejar gelar. Ia adalah pembelian pertama dari Presiden Umberto Agnelli, yang dibeli dari River Plate pada usia 21, berdasarkan rekomendasi dari Renato Cesarini.

Pembeliannya saat itu sangat menggemparkan bursa transfer (sebuah rekor pada tahun 1957) namun perjudian tersebut berhasil dibayar dengan baik. Sivori membentuk trio penyerang maut bersama dengan John Charles - yang bergabung musim panas saat itu dari Leeds - dan Giampiero Boniperti, dan menghasilkan semangat serta penampilan yang tak kenal lelas juga menghidupkan kembali semangat dari tim Quinquennio.

Dengan cara Ia berlari, mengolah bola - dan menjadikan pemain bertahan lawan kesulitan mengejarnya - dan gol-gol yang dicetaknya (167 gol dalam 253 laga), Ia memberikan kontribusi yang penting terhadap klub dengan meraih tiga Piala Italia. Dalam delapan musim yang Ia habiskan di Turin, Sivori berhasil mengembalikan Juventus ke era keemasan dan bukan hanya di Italia. Ia mencetak gol penting saat Bianconeri berhasil meraih kemenangan tandang pertama atas Real Madrid pada tahun 1962. Penyerang ini juga menjadi pemain Juve pertama yang meraih Golden Ball pada 1961.

Sivori meninggalkan Juventus pada tahun 1965 untuk mengakhiri karirnya di Naples. Namun Ia tetap berada dekat dengan Bianconeri, ketika kemudian Ia menjadi pencari bakat untuk Juventus di kawasan Amerika Selatan. Kepergiannya yang sangat mendadak pada 17 Februari 2005 meninggalkan duka yang sangat mendalam di hati para fans Juventus. Bahkan bagi para fans yang lebih muda yang hanya bisa melihat permainannya melalui rekaman video.

19.            Fabrizio Ravanelli

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan dipilih oleh para fans.

Pertama menjadi seorang fans, kemudian menjadi favorit dari para fans. Tidak semua orang dapat bermain untuk tim yang dicintainya. Fabrizio Ravanelli memiliki keberuntungan ini, seorang pemain yang selalu menjadi fans Bianconeri sebelum Ia mengenakan seragam hitam-putih.

Langkah kesuksesan pemain yang berjuluk 'Penna Bianca (White Feather)' ini sangat menarik untuk dibaca. Ia bergabung dari tim Serie B Reggiana pada awal musim 1992/93. Sang penyerang langsung mampu beradaptasi dengan baik dibawah kepelatihan Trapattoni, mensejajarkan diri dengan pemain-pemain seperti Gianluca Vialli dan Roberto Baggio, dan menyumbangkan gol-gol yang sangat penting.

Ravanelli memberikan kontribusi yang penting selama empat musimnya bersama Bianconeri. Ia mencetak tiga gol di ajang Piala UEFA 1992/93 yang berhasil dimenangkan Juventus. Kemudian diikuti oleh empat gol dalam dua laga melawan Parma untuk memberikan scudetto pertama Lippi di Turin, dan saat final Coppa Italia (dua leg) melawan Gialloblu.

Final Liga Champions 1996 menjadi saat terbaik dari Ravanelli. Ia menjadikan Bianconeri memimpin atas Ajax di Roma. Hingga saat ini Ravanelli masih merasakan bahwa gol pembuka tersebut adalah gol terpenting dalam karirnya.

The ‘White Feather’ berhasil mencetak 68 gol dalam 160 laga. Lima dari gol ini bahkan dicetak dalam satu laga, melawan CSKA Sofia di ajang UEFA Cup yang dilangsungkan di Delle Alpi; dan hingga saat ini masih menjadi rekor Eropa dalam sejarah Juventus.

Karir internasional Ravanelli juga muncul dengan gebrakan, dengan mencetak gol pertama di debut perdananya pada 1995 melawan Estonia di bawah kepelatihan Arrigo Sacchi.

20.            Carlo Parola



Instalmen ke 20 dari legenda Bianconeri didedikasikan ke pemain yang punya tendangan overhead.

Juventus.com akan lanjut memberikan 50 Legenda Bianconeri yang nama-namanya akan ada di dalam stadion baru, nama itu dipilih oleh fans.

Carlo Parola, anak Torino dan mantan pemain juga manager Bianconeri. Trademarknya yang akan selalu diingat adalah bicycle kick, gaya yang ditangkap oleh kamera tahun 1950 dan dipakai Panini sebagai logo di stiker sepakbola.

Tapi si pemain belakang tidak hanya dikenal sebagai orang yang mainnya tidak ada celanya. Dia adalah Juventus sejati luar dalam. Pertama, dia anak laki yang datang dari Klub Remaja. Then, sebagai pemain kunci dari 14 musim sukses dari tahun 1939 sampai 1954. Akhirnya, dia jadi manager mulai tahun 1960an dan balik lagi di tengah tahun 70an.

Dia simbol abadi dari Klub Sepakbola Juventus. Seorang Pendukung defensif, dengan 338 penampilan untuk Bianconeri, 332 di championship dan 6 di Coppa Italia, dengan 6 pertandingan terakhir memberikan kontribusi besar atas kesuksesan mendapatkan piala tahun 1941/42. Parola juga menang 2 kali berturut-turut di tahun 1949/50 dan 1950/51.

Dia meninggalkan Juventus untuk berkarir di Lazio, sebelum kembali lagi ke Torino sebagai manager klub. Mantra pertamanya keluar di tahun 1961/62 dengan kesuksesan memanageri tim di tengah tahun 70an. Dibawah masa kepemimpinan Parola, Bianconeri mendapat juara di tahun 1974/75.

Carlo Parola meninggal 11 tahun lalu, tanggal 22 Maret 2000. Tapi kenangan tentang dia akan tetap hidup dan pengaruhnya tetap ada di kalangan fans Juventus.

Sumber:
o       Juventus.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar