Senin, 07 November 2011

Carbon Calculator: Hitung dan Kurangi Jejak Karbon Anda!

Beragam aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi. Gas-gas rumah kaca ini memiliki kemampuan untuk mengikat panas. Secara alami, gas-gas rumah kaca ini memang diperlukan untuk berada di atmosfer, karena jika tidak, maka bumi ini akan bersuhu sekitar 33o C,  lebih rendah dari sekarang. Pada suhu serendah itu, kehidupan di bumi ini tidak akan dapat berlangsung.
Apabila konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer mengalami peningkatan, maka panas matahari yang terperangkap di atmosfer menjadi lebih banyak. Akumulasi panas inilah yang akan menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi. Itu sebabnya, pada saat gas rumah kaca terus meningkat, pemanasan  global akan terjadi.

United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menetapkan enam jenis gas rumah kaca yang timbul akibat tindakan manusia: Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Nitro Oksida (N2O), Hydrofluorocarbons (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs) and Sulfur hexafluoride (SF6). Menurut hasil observasi, suhu permukaan bumi  sudah naik rata-rata sebesar 1°C sejak awal revolusi industri dan kenaikan akan mencapai 2°C pada pertengahan abad ini jika tidak ada langkah-langkah drastis yang diambil untuk mengurangi laju pertambahan emisi gas rumah kaca di atmosfer. 

Pemanasan global akan berujung pada perubahan iklim yang menyebabkan berubahnya faktor-faktor iklim, seperti curah hujan, penguapan dan temperatur. Perubahan-perubahan ini juga akan memacu terjadinya bencana lingkungan yang terkait dengan faktor-faktor iklim untuk lebih sering terjadi, dengan besaran yang lebih dari sebelumnya.

Jejak Karbon dan Mitigasi GRK Individu atau Kelompok

Pada masa kini, kecenderungan orang untuk hidup senyaman mungkin mendorong munculnya kebiasaan hidup (lifestyle)yang berdampak pada lingkungan. Kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi terutama mobil dibandingkan dengan kendaraan umum, perjalanan dengan pesawat udara, penggunaan pendingin udara atau pemanas ruangan, penggunaan perangkat komputer pribadi dan perangkat hiburan lainnya, adalah bentuk kebiasaan hidup yang berkontribusi terhadap percepatan pemanasan global.  

Faktanya hampir seluruh kegiatan kita sepanjang hari telah berkontribusi terhadap kenaikan emisi gas rumah kaca di atmosfer. Hal ini terjadi karena sebagain besar aktivitas manusia membutuhkan sumber energi yang saat ini, sebagian besar masih berasal dari bahan bakar fossil seperti: minyak bumi, gas alam dan batubara; dan ekstraksi sumber daya alam lainnya. 

Jumlah emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh suatu organisasi, peristiwa (event), produk atau individu itulah yang disebut sebagai Jejak Karbon, yang lazimnya dinyatakan dalam satuan ton karbon atau ton karbon dioksida ekuivalen. 

Beberapa contoh bagaimana jejak karbon dapat dilihat berikut ini:
  1. Apabila kita mengendarai mobil yang berbahan bakar bensin atau solar (yang merupakan energi yang tidak terbarukan) dari satu tempat ke tempat lain, maka aktivitas ini akan menghasilkan emisi CO2  dalam jumlah tertentu.  Berdasarkan perhitungan karbon yang dilakukan oleh Stena, perjalanan sejauh 1 km dengan menggunakan mobil akan menghasilkan 200 g CO2 (Asumsi: menggunakan perhitungan untuk jaringan listrik Jawa-Madura-Bali).
  2. Penggunaan energi listrik untuk keperluaan sehari-hari misalnya penerangan dan untuk menggerakkan atau menyalakan perangkat personal (notebook, HP, PDA, dsb) juga memproduksi sejumlah CO2 yang berasal dari pembangkit listrik yang memasok energi listrik yang dipakai. Untuk setiap lampu berdaya 10 Watt yang dinyalakan selama 1 jam, CO2 yang dihasilkan adalah 9,51 g CO2.
  3. Apabila kita mulai mengurangi penggunaan kertas untuk kebutuhan printing, maka, kita bisa mengurangi sekitar 226,8 g CO2 per lembarnya. Oleh karena itu, memilah bahan yang akan kita print, dan melakukannya secara bolak-balik, akan sangat membantu bumi.
Karbon Kalkulator
Menghitung Jejak Karbon akan menolong baik individu maupun kelompok, untuk mengetahui berapa besar sumbangan emisi karbon yang telah diberikan kepada dunia pada satu waktu periode tertentu. Untuk melakukannya, alat bantu seperti karbon kalkulator diperlukan. 

Idealnya, pengukuran jejak karbon bertujuan untuk mengukur paparan karbon akibat gaya hidup dan konsumsi langsung individual atau kelompok terhadap barang dan jasa. Kadang ada juga yang menghitung dengan pendekatan yang berbeda atau lebih detail. Contoh penghitungan Jejak Karbon yang paling sederhana adalah: 1) konsumsi energi, biasanya tenaga listrik; 2) perjalanan dengan menggunakan motor/mobil, atau 3) perjalanan dengan menggunakan pesawat.

Beberapa kalkulator karbon sudah banyak dikembangkan oleh banyak organisasi dengan basis internet. Hanya saja, kalkulator karbon yang selama ini bertebaran di dunia maya cenderung didasarkan pada pola hidup, teknologi dan kebiasaan yang ada di negara-negara maju, khususnya negara Eropa dan Amerika Utara. Faktor emisi yang dipakai juga lebih relevan dengan perkembangan teknologi yang ada di negara-negara tersebut. Oleh karenanya, banyak fitur atau aktivitas yang tidak relevan atau sesuai dengan kondisi sehari-hari di negara-negara berkembang. 
Untuk mengatasi kendala tersebut, Institute for Essential Services Reform sedang mengembangkan kalkulator karbon (www.iesr-indonesia.org/carboncalculator) yang sesuai dengan kondisi dan situasi pola konsumsi energi dan gaya hidup masyarakat Indonesia, dengan faktor emisi yang sesuai dengan profil pasokan energi di Indonesia.

Karbon Kalkulator yang dikembangkan oleh IESR, merupakan bagian dari kampanye organisasi ini untuk membangun kesadaran individu dan kelompok untuk mengerti dan memahami konsekuensi aktivitas dan gaya hidup terhadap pengerusan daya dukung bumi, dampak lingkungan dan perubahan iklim. Peningkatan kesadaran diharapkan dapat mendorong setiap individu untuk lebih bertanggung jawab serta mampu merancang serangkaian tindakan untuk mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitasnya. Apabila tindakan ini dilakukan secara kolektif dan berkelanjutan, aksi individu ini dapat menjadi dasar untuk terwujudnya low carbon society.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar