Minggu, 30 Oktober 2011

Network Forensik

3.     FORENSIC TOOLS

Kakas (tool) yang dipergunakan oleh ahli forensik harus bekerja baik dan tidak mengubah data. Di samping itu, komunitas komputer forensik harus menerima kakas dan hasilnya. Kakas yang sama kadang dipergunakan untuk melakukan pemantauan dan audit pada jaringan.

Tool kit untuk pengujian forensik memungkinkan untuk mengumpulkan dan analisis data, seperti TCPdump, Ethereal, Argus, NFR, tcpwrapper, sniffer, nstat, tripwire, diskcopy (/v pada DOS), DD pada Unix. Karena ahli hukum percaya bit lebih mudah dipalsukan daripada kertas, maka aturan utamanya adalah “preserve then examine” .

Melalui kakas ini beberapa data yang dapat dijadikan bukti adalah: ip address, nomor port, protokol, nama file, waktu akses dan sebagainya.

4.     SERVER FORENSIC

4.1  SAFFA-NG

Untuk mengatasi kebutuhan penegak hukum dalam melakukan analisis forensik, melakukan dokumentasi, serta menarik kesimpulan secara sistematis dan logis, maka dikembangkan suatu solusi Sistem Manajemen Kasus Forensik. Sistem yang dikembangkan ini dibuat merupakan pengembangan dari SAFFA.

SAFFA yang awalnya dikembangkan sebagai proyek riset oleh Andreas Vangerow – Universitas Bielefeld – Jerman dibawah bimbingan Prof Peter Ladkin PhD dan I Made Wiryana SSi, SKom, MSc, merupakan aplikasi workflow yang membantu dokumentasi analisis hasil uji forensik komputer (Vengeron,2006). SAFFA juga membantu menarik kesimpulan penyelidikan dengan menerapkan metode WBA yang telah banyak digunakan untuk analisis kecelakaan. SAFFA difokuskan untuk analisis forensik server dan desktop Personal Computer (PC).

Sistem yang dikembangkan ini disebut SAFFA NG karena merupakan pengembangan lebih lanjut dan perubahan secara mendasar arsitektur SAFFA dengan menggunakan komponen Open Source untuk menggantikan komponen proprietary yang tadinya digunakan SAFFA. Hanya konsep dan pendekatan SAFFA saja yang tetap masih digunakan. SAFFANG ini merupakan kerjasama riset antara Universitas Gunadarma, peneliti RVS Arbeitsgrupe-Bielefeld University, dan Andreas Vangerow (P3 Consulting GmbH), dengan masukan dari Kepolisian Negara bagian Niedersachsen (LKA Niedersachsen) serta kerja sama dengan badan pemerintahan Indonesia seperti KPK, dan Kepolisian Indonesia.

SAFFA merupakan perangkat lunak pertama yang tersedia secara bebas yang digunakan untuk sistem pengelolaan bukti digital dan pengelolaan data forensik. Memang telah ada beberapa perangkatlunak forensik seperti:
  • Encase (http://www.guidancesoftware.com/)
  • X-Ways (http://www.x-ways.net)
  • Autopsy (http://www.sleuthkit.org/autopsy/)
  • PyFLAG (http://www.pyflag.net/)
  • TimeCoronerToolkit (http://www.porcupine.org/forensics/tct.html)
Tetapi, perangkat lunak tersebut berdiri sendiri dan relatif merupakan forensik aras bawah, yang belum mendukung ke pengambilan runutan kesimpulan.

SAFFA-NG dapat memanfaatkan keluaran dari perangkat lunak aras bawah tersebut, sebagai masukan pengolaan bukti digital. Sehingga, SAFFANG dapat merangkum hasil perolehan berbagai perangkat bantu tersebut. SAFFA-NG ini menggunakan berbagai komponen perangkat lunak Open Source yaitu:
  • GNU/Linux
  • Tomcat Server, sebagai server untuk aplikasiSaffa JSP
  • Basis data XML
  • OpenOffice sebagai converter berbagai dokumen yang dijalankan dalam modus server

Perangkat lunak yang hampir mirip dengan fungsi SAFFA ini adalah Open Computer Forensic Architecture (OSCA) dari kepolisian Belanda (http://ocfa.sourceforge.net). Tetapi OSCA tersebut lebih pada program untuk membangun framework server yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan forensik, bukan memberikan panduan tahapan forensik seperti halnya SAFFA. Dari sisi User Interface, SAFFA memiliki pendekatan lebih ke arah pengguna, jadi pengguna lebih dilibatkan dalam menentukan User Interface.

Untuk penggunaan di Indoensia, tim pengembang SAFFA banyak mendapat masukan dari pihak KPK, serta dicobakan juga di Kepolisian Republik Indonesia.

Materi lainnya:
Network Forensik & Proses Forensik Jaringan (1 & 2) 
Email Forensik & E-Detective (5 & 6.1) 
HTTPS, Wireless Detective & Honeypot (6.2-6.4)

READ MORE..

Selasa, 25 Oktober 2011

Tutorial Matlab 3

1. HISTOGRAM
a)    Histogram Citra Grayscale & RGB

 

b) Pemerataan Histogram





2. PENINGKATAN MUTU CITRA 
a) Penambahan Derau (Noise)



 


b)    Pelembutan Citra (Image Smoothing)


c)    Penajaman Citra (Image Sharpening)

 
READ MORE..

Sabtu, 22 Oktober 2011

Juventus Legends (Part II)

  11.            Pietro Rava
 
Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri, yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan telah dipilih oleh para fans.

Tanggal 19 Juni akan menjadi tanggal yang tidak dapat dilupakan salam sejarah sepakbola Italia. Walaupun telah berlalu 73 tahun yang lalu, kenangan tersebut masih segar dalam ingatan. Pada tahun 1938, tim nasional Italia asuha Vittorio Pozzo merayakan kemenangan Piala Dunia untuk yang kedua kalinya di Paris, empat tahun setelah kesuksesan yang sama di Roma. Kemenangan 4-2 atas Hungaria menjadi sangat menentukan. Dan salah satu legenda Juventus menjadi bagian dari tim tersebut : Pietro Rava.

‘Kehidupan dalam hitam dan putih ’ adalah sebuah kutipan yang paling tepat untuk menggambarkan karir dari bek sayap ini, menjalani 13 dari 16 tahun karirnya bersama Juventus. Ia memulai karinya bersama Bianconeri, menjalani debutnya pada 1935/36, atau setelah kesuksesan periode Quinquennio.

Ikatannya yang kuat dan panjang bersama Juventus berlangsung hingga 1950, setelah menjalani musim yang singkat di Alessandria (1946/47), sebuah tim dari provinsi kelahirannya. Sebelum mengucapkan salam perpisahan dan mengakhiri karirnya di Novara, Ia meraih kepuasan terbesar dalam karirnya dengan mengangkat satu-satunya gelar scudetto yang Ia raih (1949/50) di musim pertama setelah era Grande Torino. Piala Italia yang diraih pada 1938 dan 1942 menjadi dua gelar pertamanya bersama Bianconeri, dalam 330 penampilan dan 15 gol yang Ia cetak.

Rava dan Alfredo Foni - bek sayap Juve lainnya - menjadi duet bek yang tidak dapat dikalahkan, dan juga bermain impresif di ajang Piala DUnia. Keduanya bermain dalam Piala Dunia 1938 dan Olimpiade Berlin 1936.

Pietro Rava meninggal dunia lima tahun yang lalu, pada 5 November 2006, dalam usia 90 tahun. Ia adalah pemain terakhir yang meninggal dunia dari tim nasional Italia yang mengangkat Piala Dunia di Paris.

12.            Franco Causio

Juventus.com kembali mempersembahkan serial perjalanan dari 50 bintang legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan dipilih oleh para fans.

Pada hari dimana Bianconeri berhasil memenangkan Coppa Italia mereka untuk yang keenam kalinya, maka tidak berlebihan jika mengangkat kisah daripencetak gol kemenangan Juventus pada malam itu pada serial kali ini. Franco Causio, yang mencetak gol di masa perpanjangan waktu dan mengalahkan Palermo di final Coppa Italia 1979 dan juga menjadikan namanya berada diantara 50 pahlawan Bianconeri.

Gol yang Ia cetak pada 20 Juni 1979 tersebut hanya satu dari 72 gol yang Ia cetak dalam seragam Juventus. Pemain berjuluk ‘Sang Baron’ ini bermain membela Juventus selama 12 musim (dari 1970/71 hingga 1980/81, bersama dengan satu musim 1967/68 dimana Ia hanya sempat bermain satu laga). Ia bermain sebanyak 447 kali untuk Juventus dan memberikankontribusi penting dengan meraih enam scudetto, satu Piala UEFA dan satu Coppa Italia.

Namun angka-angka ini tidak mampu untuk mengungkap keseluruhan kisahnya. Statistik tersebut tidak dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengacak-acak area lawan dari sisi sayap kanan dan umpan-umpannya yang sangat ‘memanjakan’ rekan-rekan satu timnya, baik di Juventus maupun di tim nasional.

Franco Causio juga memberikan pengaruh yang signifikan bagi Azzurri. Ia bermain sebanyak 63 kali untuk tim nasional Italia, bermain di tiga Piala Dunia (Jerman ’74, Argentina ’78 dan Spanyol ’82). Di akhir turnamen Piala Dunia nya, Causio telah bermain untuk Udinese, setelah meninggalkan Juventus beberapa bulan sebelumnya.

Ia berpartisipasi dalam skuad pemenang Piala Dunia Spanyol ’82 dan pelatih Enzo Bearzot memberikan penghargaan kepadanya dengan memainkannya di final melawan Jerman.

13.            Michel Platini

Juventus.com kembali mempersembahkan serial perjalanan 50 legenda Bianconeri, yang namanya akan berada di stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans.

Sejak awal1980an, tanggal 21 Juni selalu menjadi hari Michel Platini di Juventus Football Club. Dan 'Le Roi' genap berusia 56 tahun hari ini.

Pria yang menjabat sebagai Presiden UEFA saat ini memberikan kontribusi yang fenomenal dalam lima tahun karirnya bersama klub (1982-1987). Prestasinya meliputi: dua Scudetto, satu Coppa Italia, satu Piala Champions, satu Piala Super Eropa, satu Piala Interkontinental dan satu Piala Cup Winners.

Platini menambahkan kualitas yang spektakuler pada tim Juventus yang telah banyak memiliki pemain juara. Permainan kelas dunia, umpan-umpan yang luar biasa, serta gol-gol dan tendangan bebas yang mengagumkan. Ia mencetak banyak gol - 104 dalam 224 laga. Gol-golnya di Serie A yang berjumlah 68 gol menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak liga dalam tiga musim berturut-turut.

Terdapat beberapa momen dalam karirnya, dimana 'Le Roi' berhasil meraih hat-trick lainnya : Golden Ball, yang dimenangkannya tiga musim berturut-turut, menjadikannya sebagai Pemain Terbaik Eropa. Dan untuk menambah raihan prestasinya, adalah kesuksesannya bersama tim nasional Perancis dalam meraih Piala Euro 1984.

Menjadi nomor satu sebagai pemain, Platini juga kembali menerapkan hal ini dalam karirnya yang selanjutnya, dengan menjadi Presiden UEFA sejak 26 Januari 2007.

Bersama dengan kesempatan ini, segenap keluarga besar Juventus mengucapkan selamat ulang tahun kepada Michel.

14.            Angelo Di Livio

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans.

 Mengucapkan perpisahan pada Serie A dalam usia 27 tahun dan mengakhiri karir anda dengan memenangkan tiga gelar Scudetto, satu Piala Champions, satu Piala Interkontinental, bermain dalam dua Piala Dunia dan Piala Eropa, bukanlah sesuatu hal yang dapat muncul setiap harinya. Sebuah alasan, yang menurut Angelo Di Livio, dapat dibanggakan, seorang pemain yang selalu memberikan kontribusi penting kepada tiap tim yang Ia bela.

Gelandang ini memainkan peran yang penting bagi Bianconeri dan fans akan terus mengingatnya hingga saat ini untuk semua umpan-umpannya dan usahanya yang tanpa lelah berlari di sisi kanan. Ia menunjukkan semangat yang tinggi dan tidak mudah menyerah, sebuah kualitas yang sempurna bagi Juventus asuhan Marcello Lippi, dimana pemain yang berjuluk 'Soldatino' ini menerapkan semangat tim dengan baik.

Di Livio menghabiskan enam musim di Turin. Ia bergabung dari tim Serie B Padova pada 1993, melalui rekomendasi dari Giovanni Trapattoni, dimana Ia bermain dengan Alessandro Del Piero muda. Lompatan ke divisi utama tidak membingungkan Di Livio, dimana Ia menjalani debut Serie A nya di Stadion Olimpico, melawan tim kota kelahirannya, Roma. Ia bermain sebanyak 37 kali di musim pertamanya, dan 269 secara keseluruhan bersama Juventus - memenangkan sembilan piala.

Karakteristiknya mampu beradaptasi dengan baik di setiap gaya permainan pelatih. Ini dibuktikan melalui tim nasional, dimana Ia selalu menjadi pilihan dari empat pelatih yang berbeda - Sacchi, Maldini, Zoff dan Trapattoni - dan ikut berpartisipasi dalam seluruh kompetisi internasional pada periode tersebut : Piala Dunia Perancis serta Jepang-Korea, juga Piala Eropa di Inggris dan Belanda-Belgia.

15.            Zinedine Zidane

Juventus.com akan kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh fans.

Seorang pemain kelas dunia yang memiliki magis luar biasa. Atau singkatnya, Zizou. Zinedine Zidane akan tetap berada di hati para fans Bianconeri, walaupun sepuluh tahun telah berlalu sejak terakhir Ia mengenakan seragam hitam putih. Hari ini, pada ulang tahunnya yang ke 39, pemain asal Perancis ini mendapat tempat spesial di serial perjalanan bintang legenda dari Juventus.com.

Zidane tiba pada tahun 1996, setelah kesuksesan Piala Champions di Roma. Juventus seolah menolak untuk berpuas diri dengan menjadi Juara Eropa dan ingin memperoleh lebih. Banyak pemain yang menjadi favorit dari para fans dalam beberapa tahun terakhir periode tersebut yang hengkang (Vialli, Ravanelli, Paulo Sousa), namun segera digantikan oleh para pemain lainnya yang penuh determinasi untuk ikut mengangkat Juventus.

Pindah dari Bordeaux, Zidane membutuhkan waktu untuk dapat memahami permainan di Italia - seperti pendahulunya Michel Platini - sebelum mampu memberikan sihirnya di lapangan. Mencetak gol melawan Inter di Delle Alpi menjadi pembuktian awal yang tepat. Ia mengakhiri musim pertamanya dengan memberikan kontribusi gelar Scudetto, Piala Interkontinental dan Piala Super Eropa. Hanya final Liga Champions melawan Borussia Dortmund yang menggagalkannya untuk mengakhiri musim pertamanya dengan sempurna.

1998 menjadi tahun yang sangat penuh dengan kesuksesan bagi Zizou. Ia membantu Juve untuk meraih satu gelar liga dan melaju ke final Liga Champions. Ia juga membantu Perancis mengangkat Piala Dunia pertama mereka dan mencetak dua gol spektakuler melawan Brazil dimana Ronaldo bermain. Gelandang ini mengakhiri tahun dengan memenangkan Golden Ball serta gelar pertama dari tiga gelar Pemain Terbaik FIFA yang diraihnya.

Karir Zidane bersama Bianconeri berakhir pada musim panas 2001, dengan mencetak 31 gol dari 212 penampilan. Namun statistik ini tidak termasuk dari jumlah umpannya yang menjadi gol serta performa luar biasa yang membahagiakan jutaan fans, dan bukan hanya dari suporter Juventus. Kepindahannya ke Real Madrid masuk dalam sejarah rekor penjualan tertinggi.

Pindah ke Spanyol tidak mengurangi cinta dari fans Juventus yang mereka rasakan bagi Zidane. Ia dua kali kembali ke Turin bersama klub barunya (dan dalam kedua laga tersebut Bianconeri berhasil menang, pada 2003 dan 2005). Yang paling terakhir, pemain asal Perancis ini hadir di Stadion Olimpico dan berlaga dalam dua laga amal : ‘Partita del Cuore’ pada 2010 dan ‘Derby SLAncio di Vita’ pada 24 Maret 2011.

Dalam hari yang spesial ini, segenap keluarga besar Juventus mengucapkan selamat ulang tahun kepada Zizou.

16.            Stefano Tacconi

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan telah dipilih oleh fans.

Kali ini kembali giliran dari Kiper. Setelah Gianpiero Combi dan Dino Zoff yang berada dalam 50 Bintang Legenda, Stefano Tacconi adalah penjaga gawang berikutnya yang berada dalam Bintang Legenda Juventus. Ia bergabung dari Avellino pada 1983, setelah Super Dino memutuskan untuk pensiun pada usia 41 tahun. Tacconi membuktikan bahwa dirinya adalah pengganti yang sempurna dari sang penjaga gawang veteran tersebut, dan menikmati lebih banyak kesuksesan Eropa dibandingkan dengan pendahulunya.

Dan secara fakta, Tacconi memperoleh kesuksesan daripada siapapun. Hingga hari ini, Ia adalah satu-satunya kiper yang berhasil memenangkan seluruh kompetisi sepakbola internasional, bersama-sama dengan rekan Bianconeri lainnya : Gaetano Scirea, Sergio Brio dan Antonio Cabrini.

Tacconi secara prakteknya, telah memenangkan seluruh gelar bersama Juventus. Ia mengakhiri musim pertamanya dengan meraih gelar Scudetto dan Piala Cup Winners, dimana pada saat final Piala Winners melawan Porto yang berlangsung di Basel tacconi melakukan beberapa penyelamatan gemilang. Di dua musim berikutnya, kiper ini mengangkat gelar lainnya : Piala Super Eropa, Piala Champions dan Piala Interkontinental, dengan kembali menunjukkan performa gemilang saat adu penalti. Pada era Trapattoni dan Platini, Tacconi kembali meraih gelar dengan Coppa Italia dan Piala UEFA, kali ini sebagai kapten dibawah kepelatihan Zoff.

Ia bertahan di Turin selama sembilan tahun hingga 1992, setelah bermain sebanyak 377 laga dan memberikan memori yang indah untuk dikenang oleh para fans. Karakter Tacconi yang sangat terbuka dan meledak-ledak terbukti dapat mengambil hati para fans Bianconeri. Namun, kepergiannya tidak membuat fans khawatir, karena setelah Tacconi, gawang Juventus kembali berada di tangan yang tepat, ketika Angelo Peruzzi masuk menggantikan posisinya.

17.            Antonello Cuccureddu

Juventus.com kembali menghadirkan 50 Legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans.

Pada peringatan 17 tahun kesuksesan Primavera, legenda hari ini adalah sosok yang mewakili klub sebagai pemain dan pelatih dari para Bianconeri muda ketika merayakan keberhasilan meraih dua gelar : Scudetto dan Piala Viareggio. Ia adalah Antonello Cuccureddu.

Karirnya bersama Juventus adalah sebanyak 12 musim, dari tahun 1969 hingga 1981. Cuccureddu adalah salah satu contributor penting dalanm kesuksesan Bianconeri pada tahun 1970-an, dengan berhasil meraih beberapa gelar.

Pemain bertahan yang serbaguna ini meraih enam gelar, dimana salah satunya Ia memberikan kontribusi yang signifikan. Gol nya saat menit-menit terakhir di Stadion Olimpico Roma, pada laga terakhir musim 1972/73, menjadikan tim asuhan Vycpalek ini melangkahi Milan dan meraih Scudetto yang ke-15.

Kemampuan mencetak gol dari Cuccureddu merupakan nilai tambah bagi Bianconeri. Pemain bertahan ini juga memiliki kemampuan bermain di segala area yang sangat luar biasa, bahkan sanggup bermain sebagai gelandang tengah. Secara keseluruhan Ia berhasil mencetak 39 gol, dimana 26 gol Ia cetak di Serie A. Ia mencetak gol perdananya di Serie A dalam debutnya, saat melawan Cagliari pada 16 November 1969 di tanah kelahirannya, Sardinia. Cuccureddu menikmati malam yang sangat luar biasa di ajang Eropa, saat Ia mencetak tiga gol dalam kompetisi Piala UEFA pada musim 1977, gelar Eropa pertama Juve dalam sejarah.

Dalam laga internasional, Cuccureddu tergabung dalam skuad Azzurri pada Piala Dunia Argentina 1978, salah satu dari sembilan orang Bianconeri yang dipanggil oleh Bearzot. Skuad yang juga terdiri dari Zoff, Cabrini, Gentile, Benetti, Scirea, Causio, Tardelli dan Bettega.

18.            Omar Sivori

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 Legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan dipilih oleh fans.

Ketika membahas tentang pemain kelas dunia sepanjang sejarah sepakbola, nama Omar Sivori tidak bisa dilewatkan begitu saja. Pada masanya, penyerang ini menunjukkan kemampuan yang sama seperti Pele (seperti saat seorang diri berhasil menginspirasi kemenangan Juventus dalam laga persahabatan melawan Santos).

Sivori adalah legenda sepakbola dan juga dalam sejarah Juve. Pembeliannya adalah salah satu hasil yang cerdik di bursa transfer saat Bianconeri berada dalam masa mengejar gelar. Ia adalah pembelian pertama dari Presiden Umberto Agnelli, yang dibeli dari River Plate pada usia 21, berdasarkan rekomendasi dari Renato Cesarini.

Pembeliannya saat itu sangat menggemparkan bursa transfer (sebuah rekor pada tahun 1957) namun perjudian tersebut berhasil dibayar dengan baik. Sivori membentuk trio penyerang maut bersama dengan John Charles - yang bergabung musim panas saat itu dari Leeds - dan Giampiero Boniperti, dan menghasilkan semangat serta penampilan yang tak kenal lelas juga menghidupkan kembali semangat dari tim Quinquennio.

Dengan cara Ia berlari, mengolah bola - dan menjadikan pemain bertahan lawan kesulitan mengejarnya - dan gol-gol yang dicetaknya (167 gol dalam 253 laga), Ia memberikan kontribusi yang penting terhadap klub dengan meraih tiga Piala Italia. Dalam delapan musim yang Ia habiskan di Turin, Sivori berhasil mengembalikan Juventus ke era keemasan dan bukan hanya di Italia. Ia mencetak gol penting saat Bianconeri berhasil meraih kemenangan tandang pertama atas Real Madrid pada tahun 1962. Penyerang ini juga menjadi pemain Juve pertama yang meraih Golden Ball pada 1961.

Sivori meninggalkan Juventus pada tahun 1965 untuk mengakhiri karirnya di Naples. Namun Ia tetap berada dekat dengan Bianconeri, ketika kemudian Ia menjadi pencari bakat untuk Juventus di kawasan Amerika Selatan. Kepergiannya yang sangat mendadak pada 17 Februari 2005 meninggalkan duka yang sangat mendalam di hati para fans Juventus. Bahkan bagi para fans yang lebih muda yang hanya bisa melihat permainannya melalui rekaman video.

19.            Fabrizio Ravanelli

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan dipilih oleh para fans.

Pertama menjadi seorang fans, kemudian menjadi favorit dari para fans. Tidak semua orang dapat bermain untuk tim yang dicintainya. Fabrizio Ravanelli memiliki keberuntungan ini, seorang pemain yang selalu menjadi fans Bianconeri sebelum Ia mengenakan seragam hitam-putih.

Langkah kesuksesan pemain yang berjuluk 'Penna Bianca (White Feather)' ini sangat menarik untuk dibaca. Ia bergabung dari tim Serie B Reggiana pada awal musim 1992/93. Sang penyerang langsung mampu beradaptasi dengan baik dibawah kepelatihan Trapattoni, mensejajarkan diri dengan pemain-pemain seperti Gianluca Vialli dan Roberto Baggio, dan menyumbangkan gol-gol yang sangat penting.

Ravanelli memberikan kontribusi yang penting selama empat musimnya bersama Bianconeri. Ia mencetak tiga gol di ajang Piala UEFA 1992/93 yang berhasil dimenangkan Juventus. Kemudian diikuti oleh empat gol dalam dua laga melawan Parma untuk memberikan scudetto pertama Lippi di Turin, dan saat final Coppa Italia (dua leg) melawan Gialloblu.

Final Liga Champions 1996 menjadi saat terbaik dari Ravanelli. Ia menjadikan Bianconeri memimpin atas Ajax di Roma. Hingga saat ini Ravanelli masih merasakan bahwa gol pembuka tersebut adalah gol terpenting dalam karirnya.

The ‘White Feather’ berhasil mencetak 68 gol dalam 160 laga. Lima dari gol ini bahkan dicetak dalam satu laga, melawan CSKA Sofia di ajang UEFA Cup yang dilangsungkan di Delle Alpi; dan hingga saat ini masih menjadi rekor Eropa dalam sejarah Juventus.

Karir internasional Ravanelli juga muncul dengan gebrakan, dengan mencetak gol pertama di debut perdananya pada 1995 melawan Estonia di bawah kepelatihan Arrigo Sacchi.

20.            Carlo Parola



Instalmen ke 20 dari legenda Bianconeri didedikasikan ke pemain yang punya tendangan overhead.

Juventus.com akan lanjut memberikan 50 Legenda Bianconeri yang nama-namanya akan ada di dalam stadion baru, nama itu dipilih oleh fans.

Carlo Parola, anak Torino dan mantan pemain juga manager Bianconeri. Trademarknya yang akan selalu diingat adalah bicycle kick, gaya yang ditangkap oleh kamera tahun 1950 dan dipakai Panini sebagai logo di stiker sepakbola.

Tapi si pemain belakang tidak hanya dikenal sebagai orang yang mainnya tidak ada celanya. Dia adalah Juventus sejati luar dalam. Pertama, dia anak laki yang datang dari Klub Remaja. Then, sebagai pemain kunci dari 14 musim sukses dari tahun 1939 sampai 1954. Akhirnya, dia jadi manager mulai tahun 1960an dan balik lagi di tengah tahun 70an.

Dia simbol abadi dari Klub Sepakbola Juventus. Seorang Pendukung defensif, dengan 338 penampilan untuk Bianconeri, 332 di championship dan 6 di Coppa Italia, dengan 6 pertandingan terakhir memberikan kontribusi besar atas kesuksesan mendapatkan piala tahun 1941/42. Parola juga menang 2 kali berturut-turut di tahun 1949/50 dan 1950/51.

Dia meninggalkan Juventus untuk berkarir di Lazio, sebelum kembali lagi ke Torino sebagai manager klub. Mantra pertamanya keluar di tahun 1961/62 dengan kesuksesan memanageri tim di tengah tahun 70an. Dibawah masa kepemimpinan Parola, Bianconeri mendapat juara di tahun 1974/75.

Carlo Parola meninggal 11 tahun lalu, tanggal 22 Maret 2000. Tapi kenangan tentang dia akan tetap hidup dan pengaruhnya tetap ada di kalangan fans Juventus.

Sumber:
o       Juventus.com
READ MORE..

Juventus Legends (Part I)

 1.     Giampiero Boniperti

Mulai hari ini dimulai serial menarik 'Perjalanan Bintang Legenda'. Juventus.com akan memperkenalkan 50 legenda Bianconeri yang telah dipilih oleh fans, yang namanya akan berada di Stadion baru.

Pemain pertama yang akan diperkenalkan, adalah pria yang, lebih dari siapapun, mewakili semangat dari Juventus : Giampiero Boniperti.

Boniperti berasal dari Piedmont, lahir di Baregno (Provinsi Novara) pada 4 Juli 1928. Ia menghabiskan seluruh karir sepakbola nya bersama Bianconeri: pertama sebagai pemain dan kemudian sebagai Direktur.

Tiba di Juventus pada usia 18 tahun, pada hari dimana Perang Dunia ke II berakhir. Musim 1946/47 adalah musim pertama dari 15 musim yang Ia habiskan dalam seragam yang sama. Ia membantu Juventus kembali menjadi yang terbaik, dan memberikan segala yang Ia miliki hingga tahun 1961, tahun dimana Ia bermain untuk terakhir kalinya dalam seragam Juventus. Sepanjang karirnya sebagai pemain, Juventus memenangkan lima gelar scudetto dan dua Piala Italia. Boniperti mencetak 179 gol, menjadikannya pencetak gol terbanyak ke dua sepanjang sejarah Juventus, yang dikalahkan oleh Alessandro Del Piero. Boniperti adalah sensasi yang sesungguhnya, yang diakui melalui 125 pemain terbaik sepanjang sejarah oleh FIFA.

Boniperti tetap tidak dapat lepas dari kemenangan, dan ini berlanjut saat Ia menjabat sebagai Direktur. Menjadi Presiden Juventus pada 1971, dan dibawah kepemimpinannya Juventus lebih banyak dikenal dan dipuja pada tahun 70-an hingga 80-an, di Italia, Eropa dan dunia. Di usia yang hampir 83 tahun dan menyaksikan cucunya Filippo menjalani debut bersama tim utama Juventus, nama Giampiero Boniperti akan tetap menjadi legenda hingga hari ini.

2.     Gianpiero Combi

Kali ini adalah seri ke dua dari 'Perjalanan Bintang Legenda'. Juventus.com akan melanjutkan serial ini untuk memperkenalkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans.

Gianpiero Combi menjadi pemain berikutnya dalam serial ini. Setelah Giampiero Boniperti, bintang hari ini juga menjadi simbol dari sepakbola Italia dan berasal dari Piedmont : Gianpiero Combi, salah satu kiper terbaik dalam sejarah, dan bukan hanya bagi Juventus.

Lahir di Turin pada 20 November 1902, Combi menghabiskan seluruh karirnya di antara mistar gawang Juventus dan juga tim nasional Italia. Ia meraih kesuksesan yang luar biasa dalam mengenakan kedua seragam tersebut.

Kiper ini bermain untuk Bianconeri mulai musim 1921/22 hingga 1933/34, memenangkan lima gelar scudetto : satu pada musim 1925/26 dan empat pada periode ‘Quinquennio’ (lima scudetto berturut-turut).

Pada tahun 1934, Combi memutuskan untuk pensiun di usia 32 tahun, satu hari usai mengangkat Piala Dunia di Roma. Ia adalah kapten dari tim nasional Italia asuhan Vittorio Pozzo. Kesuksesan tersebut datang usang final yang menegangkan melawan Cekoslavakia pada tanggal 10 Juni, yang juga masih dikenang hingga saat ini.

Kepergiannya pada tahun 1956 membuat Juventus harus kehilangan salah satu bintang mereka, namun kenangan akan kehebatannya akan selalu bersinar hingga saat ini.

3.     Felice Borel

Hari ini merupakan serial ke tiga dari "Perjalanan Bintang Legenda". Juventus.com akan kembali melanjutkan untuk memperkenalkan 50 Legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan dipilih oleh para fans.

Salah satu pahlawan Bianconero bergabung dengan Giampiero Boniperti dan Gianpiero Combi dalam 50 bintang legenda. Pemain ini berada di era yang berbeda, namun Ia tetap dapat dihubungkan dengan permainan di era modern melalui suatu hal yang paling sederhana dan diinginkan pemain pada posisinya : mencetak gol. Salah satu dari pencetak gol terbaik dalam sejarah Bianconeri, Felice Placido Borel II, menempatkan namanya dalam daftar legenda Bianconeri kali ini. Kakaknya, Aldo Giuseppe, juga bermain untuk Juventus.

Lahir di Nizza pada 5 April 1914, Borel II tidak memerlukan waktu lama untuk mengukirkan namanya. Pada 1932, tidak lama setelah berusia 18 tahun, Ia telah menjadi bagian dari tim Juventus yang mencatatkan sejarah, dengan meraih dua Scudetto berturut-turut dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti meraih gelar. Dijuluki Farfallino karena postur tubuhnya yang kecil dan gesit, Ia ikut berkontribusi dalam meraih kesuksesan dalam Quinquennio (lima scudetto bertutut-turut). Statistik golnya mengatakan segalanya : 29 gol dalam 28 laga di musim pertamanya, 31 dalam 34 laga di musim ke dua, 13 dalam 29 laga di musim ke tiga. Ia memuncaki daftar pencetak gol terbanyak di dua musim pertamanya, sesuatu yang belum pernah dicapai oleh penyerang Bianconeri manapun.

Di akhir 12 musimnya bersama Juventus, Ia telah mencetak 157 gol dalam 308 laga di Serie A, Coppa Italia dan Central European International Cup. Gol pertamanya, pada 1933, dicetak pada 11 Juni, dan langsung mencetak dua gol pada kemenangan 3-0 atas Milan.
Di musim terakhirnya sebagai pemain, Borel II juga menjadi pemain-pelatih dari Juventus, dan waktu yang singkat di Turin. Ia juga yang telah menmukan bakat dari Giampiero Boniperti.

Dia memiliki karir yang singkat namun penting di tim nasional. Borel II hanya memainkan tiga laga internasional, namun itu sudah cukup untuk menjadi bagian dari tim nasional Italia yang memenangkan Piala Dunia 1934.

Ia meninggal dunia pada 21 Januari 1993, dalam usia 79 tahun.

4.     Gaetano Scirea

Hari ini adalah seri ke empat dari Serial Perjalanan Bintang Legenda. Juventus.com akan kembali melanjutkan untuk memperkenalkan 50 Legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan dipilih oleh para fans.

Seri kali ini akan membahas karir dari salah satu pemain Bianconeri yang paling dicintai oleh fans, Gaetano Scirea. Ia adalah pemain yang luar biasa baik di lapangan maupun di luar lapangan, sebuah contoh teladan dari pemain berkelas tinggi dengan kerendahan hati.

Scirea membela Juventus selama 14 musim sebagai pemain dan juga sebagai pelatih, walaupun dalam waktu yang singkat. Hidupnya berakhir dengan tragis, dan kepergiannya ditangisi oleh jutaan fans Bianconeri, setelah Ia mengalami kecelakaan mobil pada 3 September 1989 di Polandia.

Tragedi tersebut, walaupun begitu, tidak dapat menghilangkan sejarah menakjubkan yang Ia torehkan saat mengenakan seragam Juventus. Sebanyak 552 penampilan (sebuah rekor yang tidak tersentuh sebelum akhirnya Del Piero berhasil memecahkan rekor tersebut) dan tanpa menerima satu kartu merah pun dalam karirnya, sebuah pencapaian luar biasa bagi seorang pemain sepakbola yang berposisi sebagai pemain bertahan. Ia adalah bek yang sangat elegan dan stabil, juga mampu bermain menyerang layaknya penyerang : raihan 32 golnya adalah jumlah yang cukup impresif.

Rekor karir Scirea juga diakui. Tujuh gelar scudetto, dua Coppa Italia, satu Piala Champions, satu Piala Interkontinental, satu Piala Super Eropa, satu Piala Cup Winners dan satu Piala UEFA. Piala Dunia 1982 di Spanyol juga tidak dapat dilupakan begitu saja, dimana Ia menjadi pemain kunci di barisan pertahanan Italia asuhan Enzo Bearzot bersama dengan beberapa rekan satu tim nya yang lain di Juventus.

Nama Gaetano Scirea masih akan selalu dikenang oleh seluruh fans Juventus hingga hari ini. Kehebatannya bahkan tetap diakui oleh para suporter yang lebih muda, yang tidak sempat melihatnya bermain.

5.     Edgar Davids

Hari ini hadir serial berikutnya dari 'Perjalanan Bintang Legenda'. Juventus.com kembali melanjutkan kisah dari 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan dipilih oleh para fans.

“Terakhir namun bukan yang tidak penting”, adalah sebuah ungkapan yang tepat bagi Edgar Davids. Gelandang asal Belanda ini adalah pemain terakhir yang dianugerahi Bintang Legenda (lihat berita ini ) dan akan ikut terpampang di Stadion baru Juventus bersama-sama dengan 49 nama lainnya yang telah terpilih lebih dahulu.

Meskipun menjadi yang terakhir, namun bukan berarti kontribusinya di lapangan tidak berarti dalam meraih cinta dari para fans. "The Pitbull" hingga saat ini masih menjadi salah satu pemain favorit dari para suporter Bianconeri, meskipun Ia telah meninggalkan Juventus lebih dari delapan tahun silam, dan ini semua berkat kerja keras dan semangat juang yang Ia tunjukkan dalam setiap laga yang dimainkannya saat mengenakan seragam Juventus (235 penampilan).

Petualangan Davids di Turin dimulai pada 14 Desember 1997, hanya beberapa hari setelah kedatangannya dari Milan. Pengalamannya yang kurang beruntung bersama dengan Rossoneri menjadikannya kembali lebih kuat dan termotivasi, seperti saat Ia masih berada di Ajax, klub dimana Ia besar dan memenangkan hampir semua trofi baik di Belanda maupun Eropa.

Hal yang sama pun terjadi saat Ia di Juve. Selama tujuh musim, Ia meraih tiga gelar Scudetto dan dua Piala Super Italia, koleksi piala yang menjadikan pengalamannya dalam seragam Bianconeri menjadi lebih spesial.

6.     Dino Zoff

Hari ini 'Perjalanan Bintang Legenda' telah sampai pada seri yang ke enam. Juventus.com akan kembali melanjutkan perjalanan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans.

Memperingati 29 tahun dari rekor 100 kali penampilan bersama tim nasional Italia (saat Italia Vs Polandia) dan menjelang sebuah rekor penting lainnya (rekor 'clean-sheet' dalam laga internasional yang berakhir pada 15 Juni 1974), legenda pada hari ini adalah Dino Zoff.

Zoff adalah sebuah keajaiban yang sesungguhnya, simbol dari kekuatan, ketahanan, dan yang selalu dapat diandalkan. Ia mewakili dengan baik dari tim nasional Italia - sebagai kapten pada Piala Dunia Spanyol 1982 - dan juga bagi Juventus Football Club. Kiper ini tiba di Juventus pada tahun 1972 di usia 30 tahun, dengan pengalaman penting selama sepuluh tahun karirnya bersama Udinese, Mantova dan Napoli. Ia juga menjadi bintang bagi Azzurri, dengan memenangkan Piala Euro 1968 dan nyaris tidak ikut dalam Piala Dunia 1970.

Di Juventus, Zoff memperpanjang karir cemerlangnya dalam satu dekade berikutnya. Ia memainkan 476 laga dalam sebelas musim (330 penampilan di Serie A, tanpa absen satu laga pun) dan mempersembahkan beberapa trofi bagi Bianconeri : enam Scudetto, dua Piala Italia dan satu Piala UEFA. Usai final Liga Champions melawan Hamburg pada tahun 1983, sang kiper ini memutuskan untung menggantungkan sarung tangannya. Namun, kepergiannya hanya sesaat. Ia kembali sebagai pelatih Juventus pada 1988, dan memimpin Bianconeri meraih satu Piala Italia dan Piala UEFA.

7.     Gianluca Pessotto

Hari ini merupakan serial ke tujuh dari ‘Perjalanan Bintang Legenda’. Juventus.com masih akan terus melanjutkan untuk memperkenalkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans.

Legenda ketujuh dari Bianconeri ini adalah, sejak diperkenalkannya nomor punggung pemain, memegang jersey nomor tujuh untuk periode terlama : Gianluca Pessotto. Full-back yang mampu bermain di beberapa posisi ini menjalani sebelas musim di Turin, dan menghabiskan tujuh musim dengan mengenakan seragam bernomor punggung tujuh.

Gianluca Pessotto adalah pemain yang mampu beradaptasi dengan baik dan sangat cerdas. Ia membuktikan dirinya sebagai salah satu pemain yang banyak memiliki sumber daya dan keinginan yang kuat, dan ini ditandai dengan kemampuannya melangkah dari tim serie C2 bersama Varese, hingga mengangkat Piala Interkontinental bersama Juventus dalam rentang waktu lima tahun.

Ia tiba di Juve pada tahun 1995, bergabung dengan tim yang baru saja meraih gelar, namun masih mencari kesuksesan lainnya. Pessotto menikmati begitu banyak kesuksesan dalam musim berikutnya bersama Juventus. Dan ketika Ia pensiun pada musim 2005/06, Pessotto memiliki raihan gelar yang luar biasa : enam Scudetto, empat Piala Super Italia, satu Piala Champions (dimana gol penaltinya memenangkan final melawan Ajax), satu Piala Interkontinental dan satu Piala Super Eropa. Ia bermain sebanyak 366 laga untuk Juventus dan mencetak tiga gol.

Pessotto juga memberikan kontribusi bagi tim nasional Italia, terutama pada ajang Euro 2000. Ia mencetak penalti di semi-final melawan Belanda, berhasil mematikan Zidane dan memberikan umpan pada gol pembuka Delvecchio di final melawan Perancis. Namun akhirnya, Perancis berhasil membalas dengan dua gol dan memenangkan ajang tersebut.

Nama Gianluca Pessotto sampai saat ini masih terikat dengan Juventus, lima tahun setelah mengakhiri karirnya yang panjang dan mengagumkan. Setelah sempat menjadi ‘Manajer Tim’ bersama Tim Utama Juventus, Ia saat ini bertanggung jawab terhadap Sektor Remaja dari Bianconeri.

8.     Sergio Brio

Juventus.com kembali melanjutkan dalam menampilkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru, dan telah dipilih oleh para fans. Kali ini adalah seri ke delapan, dan menjadi giliran dari pemain bertahan bertubuh 'raksasa', Sergio Brio.

Brio, bersama dengan Francesco Morino, adalah pemain yang berposisi sebagai ‘stopper’ dengan kemampuan untuk menjaga lawan. Ia selalu mengenakan seragam bernomor punggung ‘5’ (di era dimana nomor skuad belum diterapkan), bermain dengan lengan baju yang tergulung meskipun pada bulan Januari, menunjukkan semangat tinggi dan mencetak beberapa gol penting. Sergio Brio menjalani 12 musim di Turin (dari 1978-1990) dan bermain bersama – di beberapa waktu yang berbeda – dengan pemain-pemain seperti Gaetano Scirea, Claudio Gentile dan Antonio Cabrini, tanpa melupakan Dino Zoff dan Stefano Tacconi.

Pemain bertahan ini menggunakan semangat juangnya yang tinggi untuk mematikan langkah dari para penyerang lawan (‘pertempurannya’ dengan Roberto Pruzzo tidak akan dapat terlupakan), namun Ia juga memiliki kemampuan khusus di area penalti lawan : 24 gol dari 378 laga merupakan perolehan yang impresif bagi seorang pemain bertahan. Ia berkontribusi dalam era kesuksesan Bianconeri, dengan meraih beberapa trofi : empat Scudetto, tiga Piala Italia, satu Piala Champions, satu Piala Interkontinental, satu Piala Super Eropa, satu Piala Cup Winners’ dan satu Piala UEFA.

Prestasi Brio ini menjadikannya sebagai salah satu dari lima pemain (bersama-sama Scirea, Cabrini, Tacconi dan pemain Belanda Danny Blind) yang telah memenangkan seluruh ajang kompetisi sepakbola yang diakui oleh UEFA dan FIFA.

Ia pensiun dari sepakbola pada 1990, bersamaan dengan kesuksesan mantan rekannya Zoff yang memimpin Bianconeri mengangkat gelar ganda, Piala Italia dan Piala UEFA. Namun, Brio melanjutkan hubungannya dengan klub, saat menjadi asisten dari Trapattoni dan meraih kesuksesan di Piala UEFA tahun 1992.

9.     Roberto Baggio

Juventus.com akan kembali mempersembahkan kisah 50 legenda Bianconero yang namanya akan berada di Stadion baru, dan dipilih oleh para fans.

Hari ini, kami akan menggandakan kisah sebelumnya. Dari nomor ‘5’ Sergio Brio ke nomor ‘10’ Roberto Baggio. The ‘Divin Codino’ adalah salah satu talenta luar biasa yang pernah mengenakan seragam Juventus.

Magis dan gol-gol yang dicetaknya (115 dalam 200 laga) menjadikannya sebagai simbol dalam lima musim karirnya bersama Bianconeri, antara tahun 1990 hingga 1995. Selama Ia bermain, Bianconeri berhasil meraih satu Scudetto, satu Piala Italia dan satu Piala UEFA.

Penyerang asal Coldogno ini memainkan peranan penting dalam kesuksesan Juventus di Eropa pada musim 1992/93. Ia membawa tim ini melewati kompetisi yang sulit dan hal tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja, Baggio memperoleh dua penghargaan individual yang prestisius – Golden Ball dan FIFA World Player of The Year. Prestasi yang diraihnya ini menjadikan dirinya sebagai bagian dari bintang eksklusif Juventus, seperti Omar Sivori, Paolo Rossi, Michel Platini (yang memenangi gelar tersebut tiga kali berturut-turut), Zinedine Zidane, Pavel Nedved dan Fabio Cannavaro.

Ia juga memberikan kontribusi yang penting bagi tim nasional. Baggio gagal mengantarkan Italia untuk meraih Piala Dunia 1994, yang dilangsungkan di Amerika Serikat, namun magisnya tetap tidak dapat pudar dan terus dicintai oleh penggemar sepakbola Italia. Penyerang ini juga memegang rekor yang luar biasa : pemain Italia pertama yang mencetak gol di tiga Piala Dunia berbeda (Italia ’90, Amerika Serikat ’94, dan Perancis ’98).

10.            Fabio Capello

Juventus.com kembali mempersembahkan 50 legenda Bianconeri yang namanya akan berada di Stadion baru Juventus, dan telah dipilih oleh para fans.

Legenda pada hari ini adalah Fabio Capello. Pelatih tim nasional Inggris, yang juga mantan pemain serta pelatih Juventus ini, juga berulang tahun yang ke-65 pada hari ini (18 Juni 2011).

Capello menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam dunia sepakbola, yang sebagian besar juga menghasilkan kesuksesan. Pertama sebagai pemain dan kemudian sebagai pelatih.

Gelandang yang tidak mengenal kompromi ini menikmati kesuksesan luar biasa bersama Juventus. Ia menghabiskan enam musim di Turin (1970-1976), memainkan 239 laga dan mencetak 41 gol. Ia memenangi tiga gelar sepanjang karirnya bersama Juventus (1971/72, 1972/73 dan 1974/75).

Capello juga memberikan kontribusi penting bersama tim nasional. Gol yang dicetaknya di Wembley pada 14 November 1973 menjadikan Italia untuk pertama kalinya dalam sejarah berhasil menang di Inggris.

Hubungannya dengan Juventus - sebagai pemain -berakhir pada 1976, namun kembali berlanjut pada tahun 2004. Usai menahkodai Milan dan Roma dalam memenangkan Scudetto (kedua tim dimana Ia juga sempat bermain), Capello kembali bergabung dengan Bianconeri sebagai pelatih. Kesuksesannya kembali berlanjut, dengan memimpin Juventus meraih scudetto pada 2004/05 dan 2005/06.
   
Dalam kesempatan ini, segenap keluarga besar Juventus mengucapkan selamat ulang tahun dan semoga sukses, kepada salah satu legenda Bianconeri, Fabio Capello.

Sumber:
o       Juventus.com
READ MORE..